Pembangunan sosial, ekonomi dan politik belum dilakukan dengan optimal dikarenakan lemahnya tata kelola pembangunan. Untuk itu kita perlu melakukan refleksi apakah tata kelola pembangunan sosial, politik dan ekonomi kita sudah pada jalur yang benar sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Diharapkan dengan refleksi tersebut, kita dapat mengambil langkah perbaikan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Untuk itulah diadakan Seminar Nasional dengan tema: “Refleksi Pembangunan Sosial, Ekonomi dan Politik di Indonesia”.
Seminar Nasional ini diselenggarakan di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC) pada 23 Oktober 2014 oleh Fakultas Ekonomi(FEKON) UT dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UT. Pembicara utama adalah Kepala BKKBN, Prof. dr. Fasli Djalal Ph.D., SpGK, Pembicara Panel, Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika, SE., M.Sc. (Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dan Direktur Eksekutif INDEF); Yudi Latif, MA., Ph.D. (Ketua Reform Institute). Sebagai moderator dalam sesi panel adalah Dr. Sri Sedianingsih, M.Si. dari FISIP UT.
Dr. Ginta Ginting MBA., ketua panitia Semnas ini melaporkan ada 89 pemakalah yang berasal dari dosen UT, mahasiswa dan perguruan tinggi lain. Dua sesi paralel terdiri 7 ruang kelas. Tujuan seminar ini terinspirasi dari fakta di lapangan bahwa pembangunan sosial, ekonomi dan politik belum dilakukan dengan optimal dikarenakan lemahnya tatakelola pembangunan. Melalui seminar ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menjadi forum diseminasi yang dapat dijadikan masukan bagi peningkatan pembangunan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia.
Rektor UT Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D dalam pidatonya yang diwakili oleh Pembantu Rektor II, Dr.Yuni Tri Hewindati, menyampaikan tentang tema seminar yang sangat relevan dengan situasi dan kondisi terkinidi Indonesia, khususnya dalam meyikapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015. Ada beberapa keuntungan bagi negara yang sudah siap menyongsong (MEA) ini, antara lain adalah meningkatnya daya kompetisi dalam persaingan ekonomi antar negara, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antara negara di Asia Tenggara. Ketiadaan halangan tarif, membuat masyarakat Asean dapat menikmati produk produk berkualitas secara kompetitif. Namun disisi lain akan menjadi ancaman bagi produk lokal yang tidak mampu bersaing. Hal inilah tentunya harus menjadi perhatian kita semua para akademisi, praktisi maupun birokrasi untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia bersaing di kawasan Asean.
Prof. dr. Fasli Djalal Ph.D., SpGK, dalam presentasinya yang berjudul “Optimalisasi Bonus Demografi dalam Pembangunan Bangsa dan Negara” menyajikan beberapa grafik yang menunjukkan gambaran pergerakan pertumbuhan penduduk, yang dilanjutkan dengan penjelasan tentang bonus demografi dan tantangan bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.
Melalui seminar ini diharapkan dapat memberikan mafaat dan menjadi forum diseminasi yang dapat dijadikan masukan bagi peningkatan pembangunan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia.